Kupang, Voice
News.id - Total nilai ekspor di wilayah perbatasan NTT - Timor
-Leste meningkat sepanjang tahun 2019 mencapai Rp 26,39 M atau meningkat 29%
dibandingkan dengan tahun 2018.
Demikian dikatakan Mentan Syahrul Yasin
Limpo (SYK) saat membuka ekspor komoditi pertanian NTT secara langsung dari
Kota Kupang, Sabtu (14/12/19) pagi tadi.
"Total nilai ekspor di wilayah perbatasan
ini meningkat sepanjang tahun 2019 mencapai Rp 26,39 M atau meningkat 29%
dibandingkan dengan tahun 2018," ujarnya.
Menurut SYL, secara
geografis provinsi Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste masih berada dalam pulau
yang sama. Penduduknya pun masih memiliki rumpun yang sama. Hal ini merupakan
potensi tersendiri bagi komoditas pertanian asal NTT untuk dapat masuk dan
menjadi pemasok bahan pangan masyarakat Timor Leste.
"Daripada mereka impor dari negara tetangga lainnya. Pemenuhan kebutuhan
pangan dari NTT pasti jauh lebih efisien karena hanya melewati pintu perbatasan
saja. Potensi ini yang harus ditangkap para eksportir agar dapat meningkatkan
ekspor di wilayah perbatasan ini," jelas Mentan.
Ia juga menjelaskan
bahwa data IQFAST wilayah kerja Karantina Pertanian Kupang mencatat ditahun
2019, kebutuhan pangan masyarakat Timor Leste yang didatangkan dari NTT adalah
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, jagung, beras mencapai 10 ton. Bawang
merah, bombai, bawang putih, buah dan sayuran segar yang mencapai 124 ton.
Ditambah lada, ketumbar, pinang, sirih sebanyak 10 ton.
Kemudian dari sektor peternakan ada juga pakan ternak, suplemen/obat hewan,
DOC, daging olahan dan hewan adat. Sektor non pertanian, kehutanan dan
perikanan, seperti meubel jati, kayu albasiah, rumput laut/chips.
Senada dengan Mentan SYL, Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat menyadari
potensi ekspor komoditas pertanian NTT sangat besar. Pihaknya akan melakukan
terobosan agar komoditas pertanian di wilayah kerjanya tidak hanya dapat di
ekspor langsung ke NTT tapi juga dapat ekspor langsung ke mancanegara.
SYL menekankan pentingnya pengawasan hama/penyakit di perbatasan Timor Leste -
NTT.
"Selain mengawal agar program GRATIEKS (Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor)
tercapai, saya berpesan kepada teman-teman karantina pertanian jangan lengah
menjaga pintu-pintu perbatasan. Pastikan tidak ada hama penyakit hewan maupun
tumbuhan yang keluar dan masuk ke Indonesia kemudian menyebar dan dapat
mengancam merugikan petani kita," pungkas SYL. (cn/kementan)